link menu

Rabu, 30 Januari 2013

The Chiness Art of Excellence

Selasa, 29 Januari 2013 @Mesjid Al-furqan UPI pukul 16.00 WIB.

Sharing tentang buku yang berjudul "the chiness art of excellence" yang dikupas oleh saudara Gilang Fachreza

Sedikit berbagi tentang sebuah buku yang sudah lama saya baca, buku ini tersusun rapih di rak buku. Judul buku ini adalah the chiness art of excellenc. Sebuah buku lama, namun memberikan sebuah inspirasi bagi diri saya pribadi. Buku ini disajikan dalam bentuk gambar komik yang cukup lucu dan menarik, memberikan ilustrasi sederhana tetang poin –poin yang akan disampaikan. “kita pasti akan sepakat mengakui bahwa TERBAIK merefleksikan KESEMPURNAAN dengan lebih akurat. KESEMPURNAAN menuntut semua upaya yang MAMPU kita lakukan dalam mencapai HASIL TERBAIK yang dapat diraih” Dalam mencapai kesempurnaan, secara sederhana buku ini meringkas dalam sebuah kata P-R-I-M-E WAY, penasaran? Mari kita bahas.


Pembahasan dalam buku ini diawali dengan satu konsep, yaitu PAY THE PRICE FOR EXCELLENCE. Ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kesempurnaan, ketika kita menginginkan kesempurnaan itu, maka bayarlah. Kualitas yang diharapkan adalah kualitas yang terbaik, seperti pepatah “no pain no gain”, maka kualitas ini tidak akan diperoleh tanpa adanya sebuah pengorbanan. Dan kesempurnaan ini tidaklah murah, jadi yang paling pertama mau kah anda membayar harga tersebut? Jika seorang pemuda yang ingin menjadi seorang dokter, dia mengetahui bahwa besar sekali biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter. Bagi seorang yang memiliki cita-cita dan menjadi dokter adalah sebuah kesempurnaan, maka harga tersebut tidak akan menjadi masalah. Jika anda seorang manager perusahaan, menginginkan karyawan yang bekerja semakin baik demi tercapainya kualitas yang sempurna, anda akan bersedia mengeluarkan biaya untuk training karyawan tersebut. Memang sulit jika kita selalu menghitung segala sesuatu secara materil, karna harga yang dimaksudkan disini bukanlah sebatas angka nominal, melainkan waktu, tenaga dan pikiran pun harus kita bayar. Dalam mencapai kesempurnaan ini kita harus bersabar, barangkali tidak secepat yang kita harapkan untuk tercapainya satu kesempurnaan. Tenaga dan pikiran yang harus dicurahkan pun tidak akan sedikit. Jadi untuk sebuah kesempurnaan ini anda harus bersedia untuk membayar harganya, dengan harta tenaga dan pikiran anda.


Konsep kedua adalah REMEMBER THE REWARD. Sebuah harapan ketika selesai melakukan aktifitas adalah kunci kedua. Pencapaian atas sebuah prestasi adalah hal yang sangat luar biasa, ketika kepuasan diri dalam mengerjakan pekerjaan dapat terpenuhi dan menjadi sebuah motivasi besar dalam bekerjanya. Dalam bekerja kita haruslah memiliki sebuah keinginan untuk apa kita bekerja. banyak orang bekerja untuk mendapatkan penghasilan untuk kehidupannya. ada orang yang bekerja untuk memenuhi keinginannya saja. Ada juga orang yang bekerja untuk tercapainya idialisme yang diyakini. Begitulah, setiap pekerjaan selalu ada return yang diharapkan. Jika anda bekerja namun tidak memiliki sebuah return maka patut dipertanyakan, apakah anda manusia atau zombie. Maka tetapkanlah saat ini, untuk apa ada bekerja, apa yang ingin anda peroleh dari pekerjaan anda.


Poin ketiga adalah INFUSE YOURSELF WITH PASSION. Bangkitkan gairah dalam diri anda. Perlunya gairah dalam melakukan aktifitas akan memberikan sentuhan tersendiri terhadap kesempurnaan. Kita dapat melihat ketika jendral perang bersemangat dalam mengalahkan pasukan musuh tentu tentara pun akan mimiliki semangat yang sama. Ketertarikan yang kuat dalam suaru pekerjaan akan menjamin daya tahan seseorang hingga hasil yang sempurna diraih. Jika ketertarikan dan antusiasme berkurang sedikit demi sedikit, seringkali pekerjaan akan segera diabaikan. Motivasi pribadi adalah hal yang paling penting, dalam keadaan keadaan sekaratpun manusia yang memiliki keinginan bertahan hidup pasti akan bisa bertahan dibanding dengan orang yang sudah tidak punya harapan hidup. Motivasi ini lah yang akan menetukan satu dengan yang lainnya berbeda. Passion yang akan mementukan kualitas dari pekerjaan. “cintailah apa yang kamu kerjakan, bukan kerjakan apa yang kamu cintai” (anonym)


Point keempat adalah MIND YOUR ENERGY RESERVES. Cadangkan energy anda, penulis menceritakan adanya seorang raja yang memiliki kuda yang sangat kuat. Kuda tersebut memberikan atraksi dengan kecepatan larinya, setelah beberapa waktu yang cukup lama ajudan pun memberikan masukan kepada raja bahwa kuda itu tak akan sanggup untuk berlari terus, namun raja tidak mendengarkan malah terus meminta melakukan beberapa putaran lagi, yang akhirnya sampailah kuda tersebut jatuh tersungkur pingsan karna kelelahan. Sebuah nilai yang yang disampaikan adalah manusia memiliki keterbatasan kekuatan, kesempurnaan seringkali membutuhkan waktu yang lama untuk diselesaikan. Penting diketahui keterbatasan kekuatan seseorang sehingga dapat mencapai hasil yang konsisten. Perlu kita sadari bahwa diri kita berbeda dengan sebuah robot yang dapat bekerja dengan terus menerus secara konsisten. Diri kita memiliki rasa kelelahan yang akan berdampak pada kualitas pencapaian yang kita kejar. Kesempurnaan tidak akan diperoleh ketika diri kita mendzalimi diri, yang ada malah pencapaian akan semakin turun, kualitas akan semakin buruk karna adanya batasan kekuatan itu. “berhenti sejenak untuk kembali berlari bukanlah suatu kehinaan” (anonym)


Point terakhir untuk sesi pertama ini adalah ENGENDER AN ENVIRONMNENT OF EXCELLANCE. Ciptakan lingkungan yang sempurna. Terceritakan ada tujuhorang siswa berbakat yang direkomendasikan kepada sang raja. Namun raja tidak mempercayai begitu saja, raja menyela, tidak mungkin ada secara bersamaan tujuh orang yang berbakat. Sebenarnya tidak demikian, seekor singa yang buas akan menghasilkan jejak yang sama, seekor burung yang sama akan mengepakan sayap bersama, apabila kita mencari garam di gunung maka akan sulit mendapatkannya, namun jika kita ke laut tentu akan sangat berlimpah. Begitupun manusia, manusia baik akan bersama dengan orang yang baik pula. Mereka akan memiliki ketertarikan untuk mengerjakan pekerjaan yang sama dengan kaliber yang sama. Untuk menciptakan lingkungan yang sempurna penting untuk membuat mereka berkumpul bersama sebagai permulaan penyebaran hal ini. Berbeda dengan magnet yang dimana kutub positif akan menarik kutub negatif, manusia akan menarik orang yang memiliki sifat sejenis. Manusia yang baik akan berkumpul dengan orang yang baik pula, dan manusia yang buruk akan berkumpul dengan orang yang buruk pula. Kesempurnaan akan diperoleh ketika kita dapat berkumpul dengan orang yang memiliki karekteristik yang baik. “jika kamu ingin melihat kepribadian seseorang lihatlah dari temannya” (Hadist) Penjabaran konsep ini cukup sederhana untuk dicerna, ilustrasi yang disampaikan dalam tulisan ini diharapkan akan memudahkan dalam penerimaan pemahaman. “Berlarilah di belakan kesempurnaan, niscaya kesuksesan akan dibelakangmu” (pungsu wang du, three idiot)
Mau Lanjut Baca ^__^

Rabu, 20 Juni 2012

Etalase Rasa


Dari panca indra hingga ke jiwa. Keberadaanmu sungguh membuatku semakin terpesona, padahal tak kau hunus pedang untuk membunuhku sedemikian rupa. Hingga gila dan tak tahu harus apa. Itulah cinta.

(Catatan ini kupersembahkan untuk bulan yang penuh Cinta, hehe;)
Rasa adalah warna, dimana engkau tak akan pernah menemukannya di organ tubuhmu yang lain selain di jiwa. Jika kau sebut rasa bersemayam di dalam hati, itu hanya seoonggok daging yang menjadi semacam etalase yang menyimpan berbagai warna yang kau rasakan.

Hati yang tersembunyi, dari mereka yang ingin menyelami. Aku sebut hati itu adalah lemari atau semacam etalase. Karena ia mempunyai kunci, dan gudang berbagai macam rasa yang kau terima lewat panca indra. Bayangkanlah sebuah lemari, terdapat sekat-sekat sebagai pemisah dan pengklasifikasian apa pun yang kau simpan. Jika kutanya kenapa engkau begitu ingin melempari sahabatmu dengan batu, kau pasti akan menjawab “Karena aku membencinya”. Jika aku bertanya kenapa engkau begitu ingin menikahi kekasihmu detik ini, kau pasti menjawab “Karena aku mencintainya”. Itulah sekat, atau pemisah antara rasa yang satu dengan rasa yang lain, yang kesemuanya terkadang begitu dekat hingga engkau pun susah membedakan rasa dari laci manakah yang kau ekspresikan hari ini. Timbullah istilah “Benci jadi cinta”, atau sebaliknya.

Jika kita cerna lewat logika, hati merupakan salah satu organ ekskresi atau organ pencernaan. Fungsinya adalah menimbun dan menyaring racun. Bisa kau bayangkan? Hati adalah tempat timbunan racun, tetapi ia juga berfungsi untuk menyaring racun. Bagaimana hal itu bisa terjadi, kau kajilah sendiri melalui ilmu Biologi, itulah salah satu kebesaran Tuhan yang tak mampu kau cipta.

Berhubung fungsi hati yang seperti itu, sepertinya antara rasa dan racun saling berkaitan. Pikirkanlah sendiri, kenapa ada istilah bahwa “Hati tak pernah bisa berbohong”, atau “Kecantikan seseorang terpancar dari kebaikan hatinya”, atau “Keburukan seseorang bersumber dari hatinya yang bernoda”. Itulah hati. Etalase yang mampu menyimpan racun dan madu dalam satu ruang. Racun itu senantiasa memasuki lemari di dalam tubuhmu, tetapi jika kau mampu untuk menyaringnya, percayalah, ia tak akan mampu berkembang biak selagi engkau masih menyimpan penyaringan itu. Sesuatu yang kau pegang, dan Tuhanmu berikan entah di laci sebelah mana Ia simpan.

Etalase Rasa, Antara Cinta, Sayang, Suka, dan Kagum

Cinta, adalah sebuah rasa ketika seseorang mencintai sesuatu, ia ingin memilikinya. Memberikan yang terbaik untuknya, dan berusaha untuk selalu tampil lebih baik dihadapannya dalam rangka merebut hati si dia.

Sayang, adalah sebuah rasa ketika seseorang menginginkan sesuatu yang terbaik untuk orang yang ia sayangi, tetapi tidak berambisi untuk memilikinya.

Suka, adalah sebuah rasa yang bersifat hanya ‘sebatas’, yaitu dimana engkau menyukai sesuatu karena menyenanginya dan dapat bersifat sementara.

Kagum, adalah sebuah rasa ketika seseorang menyenangi lawan jenisnya karena suatu kelebihan yang ia miliki, jika kelebihan itu sirna, maka sirna pulalah kekagumannya, atau lebih parah dari itu mungkin terjadinya suatu kebencian atau kekecewaan.

Seorang yang buta, sambil mengetokkan tongkatnya ke tanah dan dengan menangis dia berkata: “Cinta adalah kabut yang tebal, yang menyelimuti jiwa pada semua sisinya dan menyelubungi gambaran keberadan dirinya – atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dan tangisnya sendiri yang menggema di lembah-lembah.” (Kahlil Gibran)
Mau Lanjut Baca ^__^

Selasa, 19 Juni 2012

Kebenaran

       Kebenaran, adalah sesuatu yang amat dicari di negeri yang sudah limbung ini. Seringkali tuntutan demi tuntutan kita lontarkan demi mencapai sebuah kebenaran. Namun, apakah selama ini kita paham betul apa yang dimaksud dengan kebenaran?
       Terkadang sebuah kebenaran akan sah dan berlaku jika hal itu berguna bagi kepentingan dirinya sendiri. Dalam hal ini, kebenaran seringkali sangat relatif dan subjektif. Sudut pandang orang yang melihat adalah factor utama terjadinya pandangan-pandangan yang berbeda mengenai sebuah kebenaran. Benar menurut si A, belum tentu benar menurut si B, dan benar menurut si B, belum tentu benar menurut si C dan A. Ada juga yang dapat memposisikan dirinya sebagai orang yang dapat memandang dari berbagai sudut, namun hal ini terkadang membuat kita seolah menjadi orang yang bijak namun sebenarnya tidak mempunyai pegangan. Kebenaran menurut siapa dan kebenaran yang bagaimana yang anda cari?

Lalu, apakah sebenarnya kebenaran itu?

Pengertian Kebenaran
1. Kebenaran Manusia (relatif)
       Kebenaran manusia mencakup kebenaran subjektif dan kebenaran relative, yaitu sebuah kebenaran yang dihasilkan dari buah pemikiran dan kesepakatan manusia terhadap suatu objek yang ia lihat. Misalnya, kita ambil contoh melalui 15 orang yang harus mendefinisikan sebuah bentuk rumah yang ada dihadapannya dengan posisi orang-orang tersebut adalah berbeda. Misal, 5 orang melihat rumah dari depan, lima orang melihat rumah dari samping kiri, dan lima orang melihat rumah dari belakang. Apa yang akan didefinisikan dari 15 orang tersebut mengenai sebuah rumah yang mereka lihat? Yang jelas, akan ada tiga pendapat yang berbeda meskipun objek yang mereka lihat adalah sama, yaitu sebuah rumah. Misalnya, 5 orang yang melihat rumah dari depan berpendapat bahwa bentuk rumah itu adalah persegi panjang, sedangkan 5 orang yang melihat dari samping kiri berpendapat bahwa rumah yang mereka lihat berbentuk limas, dan 5 orang yang melihat dari belakang sepakat bahwa rumah itu berbentuk segitiga. Apa yang terjadi jika kelima belas orang tersebut disatukan dan diminta menjelaskan apa yang mereka lihat? Bentuk rumah persegi panjang akan menjadi benar dan hanya akan berlaku pada kelompok orang yang memandang rumah dari depan, dan akan menjadi salah menurut kelompok orang yang memandang rumah dari sudut samping dan belakang, begitu pun sebaliknya.

       Namun, dalam hal ini, ada sebuah definisi kebenaran yang dapat disimpulkan, yaitu, bahwa kebenaran manusia merupakan kebenaran yang berdasarkan pada sebuah kesepakatan, dalam artian, hal ini bersifat relatif dan bisa berubah-ubah.

2. Kebenaran Tuhan (mutlak)
      Adalah kebenaran yang keputusannya tidak bisa diganggu gugat karena datangnya dari Tuhan. Kita ambil contoh misalnya perintah menutup aurat bagi setiap umat islam, salah satunya perintah memakai jilbab untuk perempuan muslim. Karena hal ini datangnya dari Tuhan, maka bersifat mutlak. Jika melanggar, sudah mutlak akan mendapatkan hukuman baik di dunia dan akhirat, meskipun seisi bumi mengatakan tidak berjilabb itu benar namun ketetapan tuhan tetap mutlak berlaku bahwa hal itu adalah salah dan mendapatkan hukuman.

      Di zaman kini, suara mayoritas dan tradisi mayoritas selalu dijadikan acuan/ patokan kebenaran. Pilihan mayoritas terbanyak selalu dianggap sebagai keputusan yang harus diikuti, meski bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh Shalallahu ‘Alaihi Wasalam.

Alloh Jalla wa ‘Alaa berfirman :
“Dan jika kamu menuruti mayoritas orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh Subhanahu wa Ta’ala )”. (QS. Al An’aam: 116).

Allah juga berfirman :

“Tetapi mayoritas manusia tidak mengetahui”. (QS. Al A’raaf: 187).

“Dan Kami tidak mendapati mayoritas mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati mayoritas mereka orang-orang yang fasik”. (QS. Al A’raaf: 102).




“Suatu ketika, aku sempat termenung melihat dunia yang limbung, dan kawan-kawan yang lebih memilih tidur daripada terbangun.”


Mau Lanjut Baca ^__^