Dari panca indra hingga ke jiwa. Keberadaanmu sungguh membuatku semakin terpesona, padahal tak kau hunus pedang untuk membunuhku sedemikian rupa. Hingga gila dan tak tahu harus apa. Itulah cinta.
(Catatan ini kupersembahkan untuk bulan yang penuh Cinta, hehe;)
Rasa adalah warna, dimana engkau tak akan pernah menemukannya di organ tubuhmu yang lain selain di jiwa. Jika kau sebut rasa bersemayam di dalam hati, itu hanya seoonggok daging yang menjadi semacam etalase yang menyimpan berbagai warna yang kau rasakan.
Hati yang tersembunyi, dari mereka yang ingin menyelami. Aku sebut hati itu adalah lemari atau semacam etalase. Karena ia mempunyai kunci, dan gudang berbagai macam rasa yang kau terima lewat panca indra. Bayangkanlah sebuah lemari, terdapat sekat-sekat sebagai pemisah dan pengklasifikasian apa pun yang kau simpan. Jika kutanya kenapa engkau begitu ingin melempari sahabatmu dengan batu, kau pasti akan menjawab “Karena aku membencinya”. Jika aku bertanya kenapa engkau begitu ingin menikahi kekasihmu detik ini, kau pasti menjawab “Karena aku mencintainya”. Itulah sekat, atau pemisah antara rasa yang satu dengan rasa yang lain, yang kesemuanya terkadang begitu dekat hingga engkau pun susah membedakan rasa dari laci manakah yang kau ekspresikan hari ini. Timbullah istilah “Benci jadi cinta”, atau sebaliknya.
Jika kita cerna lewat logika, hati merupakan salah satu organ ekskresi atau organ pencernaan. Fungsinya adalah menimbun dan menyaring racun. Bisa kau bayangkan? Hati adalah tempat timbunan racun, tetapi ia juga berfungsi untuk menyaring racun. Bagaimana hal itu bisa terjadi, kau kajilah sendiri melalui ilmu Biologi, itulah salah satu kebesaran Tuhan yang tak mampu kau cipta.
Berhubung fungsi hati yang seperti itu, sepertinya antara rasa dan racun saling berkaitan. Pikirkanlah sendiri, kenapa ada istilah bahwa “Hati tak pernah bisa berbohong”, atau “Kecantikan seseorang terpancar dari kebaikan hatinya”, atau “Keburukan seseorang bersumber dari hatinya yang bernoda”. Itulah hati. Etalase yang mampu menyimpan racun dan madu dalam satu ruang. Racun itu senantiasa memasuki lemari di dalam tubuhmu, tetapi jika kau mampu untuk menyaringnya, percayalah, ia tak akan mampu berkembang biak selagi engkau masih menyimpan penyaringan itu. Sesuatu yang kau pegang, dan Tuhanmu berikan entah di laci sebelah mana Ia simpan.
Etalase Rasa, Antara Cinta, Sayang, Suka, dan Kagum
Cinta, adalah sebuah rasa ketika seseorang mencintai sesuatu, ia ingin memilikinya. Memberikan yang terbaik untuknya, dan berusaha untuk selalu tampil lebih baik dihadapannya dalam rangka merebut hati si dia.
Sayang, adalah sebuah rasa ketika seseorang menginginkan sesuatu yang terbaik untuk orang yang ia sayangi, tetapi tidak berambisi untuk memilikinya.
Suka, adalah sebuah rasa yang bersifat hanya ‘sebatas’, yaitu dimana engkau menyukai sesuatu karena menyenanginya dan dapat bersifat sementara.
Kagum, adalah sebuah rasa ketika seseorang menyenangi lawan jenisnya karena suatu kelebihan yang ia miliki, jika kelebihan itu sirna, maka sirna pulalah kekagumannya, atau lebih parah dari itu mungkin terjadinya suatu kebencian atau kekecewaan.
Seorang yang buta, sambil mengetokkan tongkatnya ke tanah dan dengan menangis dia berkata: “Cinta adalah kabut yang tebal, yang menyelimuti jiwa pada semua sisinya dan menyelubungi gambaran keberadan dirinya – atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dan tangisnya sendiri yang menggema di lembah-lembah.” (Kahlil Gibran)